Selasa, 16 April 2024

Surat Cinta Untuk Keluarga (Part 3)


Terselip Bully dalam Candaan

Tak jarang aku mendengar ketika mereka kesal dengan ku, mereka berucap "Dasar jua orang Mtp nih" atau "Dasar jua orang Sungai Tuan nih" (bahasa Banjar).

Terkadang mereka mengucapkan itu saat perkumpulan dua keluarga besar. Aku saja meanggap kok ini seperti bahan ejekan ya?

Apa salah nya dengan orang Mtp?

Emang iya kan?

Kok terkesan kayak menghina ya? Saat aku melakukan kesalahan atau bikin kesal mereka, mereka pasti ngomong nya kayak gitu.

Kalo aku bilang ucapan kalian adalah bagian dari "Rasisme" apa kalian bisa terima? 

Atau ingin membela diri dengan mengatakan "Cuma bercanda".

Please lah. 

 

Sesekali gunakan perasaan dalam berucap.

Jangan dibiasakan blak-blakan nya.

Dalam perkumpulan keluarga besar bukan cuma ada satu orang, bukan cuma ada satu pemikiran. 

Aku saja menganggap nya seperti itu, bagaimana keluarga Mtp yang lain yang mendengar nya?

 

Kalian mungkin meanggap nya bercanda.

Tapi tak semua orang meanggap nya begitu.

Setiap orang punya hati dan pemikiran yang berbeda.

Bisa aja kan ada salah satu nya yang tersinggung?

Jangan menilai sesuatu dari sisi kalian saja. 

Tapi nilai lah sesuatu itu dari berbagai sisi. Contohnya dari sisi orang lain. Coba deh. Dengan mencoba menilai sesuatu dari sisi orang lain, kalian baru akan tahu kebenaran nya. Kalian baru bisa memahami perasaan orang lain. 

Aku bukan nya sok tahu. Tapi aku cukup mengenal keluarga ku.

 

Jujur, aku saja sering tersinggung dengan ucapan dan tindakan kalian. 

Bagaimana dengan orang lain?

Terlalu blak-blakan itu tidak baik untuk dijadikan kebiasaan. 

 

Apa kau tak percaya pada ku?

Debat saja. Seperti biasanya...

Minggu, 14 April 2024

Surat Cinta Untuk Keluarga (Part 2)

 

Aku adalah seorang anak yang terlahir di antara dua keluarga besar dengan latar belakang yang berbeda.

Bapak ku berdarah asli dari Martapura. Dan mama lahir di Banjarmasin dengan orangtua dari Martapura dan Jawa. Jadi bisa dibilang aku dan adikku berdarah Martapura. Itu kesimpulan ku sendiri sih. 

Aku dan adikku tinggal di Banjarmasin. Jadi aku lebih banyak bergaul dan berkumpul dengan keluarga besar ku di Banjarmasin.


Keluarga besar ku di Banjarmasin bisa dibilang banyak yang berpendidikan tinggi. Mungkin karena hal itu juga gaya hidup dan pemikiran mereka jauh berbeda dengan keluarga ku yang ada di Martapura.

Tak jarang dari mereka mempunyai perbedaan pendapat. Hanya saja terkadang perbedaan pendapat itu tak terungkapkan secara langsung. Tapi kami, sebagai perantaraan dari keduanya dapat merasakan akan hal itu. 


Disisi lain, ada beberapa sikap dari keluarga di Banjarmasin yang tak disukai oleh keluarga ku dari Martapura. 

Saat perkumpulan dua keluarga besar misalnya.

Apa yang terjadi? 

Apa saja yang dibicarakan?


Dulu, sewaktu perkumpulan dua keluarga, yang mereka bicarakan hanya lah kesuksesan-kesuksesan mereka saja. Dari pembicaraan tentang pendidikan sampai ke arah bisnis. Tentunya hal itu tak dimiliki oleh keluarga Mtp ku. Mereka membicarakan hal itu dengan enteng dan bangganya. Padahal mereka tidak sadar ada keluarga lain yang merasa insecure terhadap mereka. 

Ujung-ujung nya apa? Keluarga yang lain pelan-pelan mundur, menghindar dan mencari ke sisi ruangan yang lain. 

Apakah kalian sadar akan hal itu?

Mereka bilang "Wah, bukan geng nya ini" sambil pergi ke arah ruangan lain.

Mereka bergabung dengan gengnya sendiri di bagian dapur. Khusus keluarga Mtp.

Keluarga dari Bjm yang kemudian sadar akan hal itu cuma bilang "Nah, ngapain disini? Ayo gabung sana." Dan mereka hanya bisa membalas dengan senyuman.

 

Keluarga Bjm menganggap bercerita tentang pendidikan dan bisnis bisa memotivasi orang lain. Tapi kenyataan nya tak semua orang bisa menilai hal itu secara positif. Terlebih lagi jika harus menceritakan hal itu kepada orang yang belum sampai pada tahap itu. 

Aku menilai bahwa keluarga Mtp tak tahu harus merespon apa ketika mereka membicarakan hal-hal yang belum mereka jalani dan tak mereka pahami dengan baik. Bisnis misalnya. Apa mereka hanya harus mendengarkan? Ku rasa itu tak cukup adil untuk mereka.


Hal yang juga cukup menjengkelkan bagiku waktu itu, ketika salah satu keluarga Bjm harus nanya secara terang-terangan ke sepupu ku tentang biaya perawatan gigi nya yang menghabiskan dana beberapa puluh juta. Hal seperti itu pun dibicarakan di perkumpulan keluarga saat Idul fitri. 

Bayangkan! Untuk apa?

Just for fun? Or just for your information?

Bukan kah pertanyaan seperti itu bisa dibicarakan saat berdua saja?

Aku cuma bisa geleng-geleng kepala.


Obrolan-obrolan seperti itu sebenarnya hanya akan memecah belah hubungan keluarga.

Tapi kalian tidak pernah mau menyadari kesalahan receh seperti ini.

Karena kalian meanggap kalian adalah orang dewasa. Kalian orangtua. Yang tidak pernah salah.


Apa kalian setuju dengan pendapat ku itu?

Atauuuu...

Seperti biasa... kalian ingin mendebat ku. Lagi dan lagi.